Senin, 15 September 2008

Dua Mortir Meledak di Freeport

Timika, Dua mortir meledak di dua lokasi dalam rentan waktu yang tidak lama di area PT Freeport Indonesia di mile 39 dan mile 50 Distrik Tembagapura, Jumat (12/9) sekitar pukul 11.30 WIT dan pukul 03.30 WIT dinihari, namun hingga saat ini belum diketahui dari mana dan siapa pelakunya.

Kapolda Papua Irjen Polisi FX Budi Ekadanto saat jumpa pers dengan puluhan wartawan, Jumat 12/9 sore, di Hotel Sheraton membenarkan terjadi ledakan di dua lokasi di area PT FI yaitu di mile 39 dan mile 50.
Ledakan pertama terjadi di dekat jembatan penyeberangan di mile 39 sekitar pukul 11.30 WIT dan ledakan kedua terjadi di dekat lokasi penampungan solar milik PT FI di mile 50 pada pukul 03.30 WIT.

Menurut Kapolda dari hasil olah TKP oleh anggota Brimob detasemen B Papua dan Tim Densus 88 dilokasi ledakan pertama di jembatan mile 39 ada dua mortir. Satu mortir meledak dan satu tidak berhasil meledak.



Di TKP ditemukan 2 mortir yang diletakkan di atas kompor.”Ledakan satu mortir tersebut tidak menimbulkan kerusakan. Dan satu mortir yang tak berhasil meledak saat ini diamankan di Mako Bbrimob Timika,”ungkapnya.

Kapolda Ekodanto menjelaskan, mortir yang meledak di mile 39 memiliki berat 15 kg dan tingginya 50 cm, sementara mortir yang meledak di mile 50 lebih kecil sedikit.

Mortir yang meledak di mile 50 kemungkinan dipanaskan dengan tumbukan batu, sebab di TKP ditemukan tumpukan batu.”Serpihan dua mortir yang meledak dan satu mortir yang tidak meledak telah diamankan di Mako Brimob dimile,”katanya.

Dengan ledakan yang terjadi di dua lokasi, saat ini timnya telah mengirim Densus 88 untuk mengidentifikasi ledakan serta untuk memastikan ketiga mortir tersebut. Polda Papua juga akan dibantu oleh Tim Laboratorium Forensik dari Makassar yang malam ini akan bekerja untuk mengidentifikasi mortir tersebut.

“Pasca meledaknya dua mortir tersebut saat ini tim Brimob B, Satgas Amole dan anggota Polres dengan dibantu ***** pelacak masih terus melakukan penyisiran di dua lokasi meledaknya mortir,” ungkap Kapolda.

Untuk memastikan mortir jenis dan buatan apa, Kapolda mengaku masih belum memastikan. Untuk memastikan hasilnya akan menunggu hasil kerja tim Densus 88 dan Tim Labfor dari Makkasar.”Saya belum bisa memastikan jenis dan buatan mana mortir tersebut,”tutur Ekodanto.

Namun menurut perkiraan sementara, kata Kapolda mortir yang diduga peninggalan perang dunia ke dua tersebut diledakkan tidak dengan menggunakan alat pelontar namun dipanasi atau dikompori.

“Ini dibuktikan dengan di TKP ditemukan kompor yang dipakai untuk meledakkan mortir serta tumpukan batu,”katanya.(husyen)

(sumber: papua pos)

Readmore »»

Bunga Keris Papua Bisa Bunyi Malam Hari

Sabtu, 05 April 2008 - 03:53 AM

Biak, Bunga keris khas Papua milik ibu Dolly Kurni, warga Kampung Yafdas, Distrik Samofa,Kabupaten Biak Numfor,Papua, dalam sebulan terakhir ini mengeluarkan bunyi suara yang unik pada malam hari.

Dari Biak, Rabu dillaporkan, bunga keladi khas Papua, yang daunnya menyerupai keris, milik ibu Kurni pada setiap hari antara pukul 19.30 WIT hingga pukul 23.00 WIT mengeluarkan suara dan tetesan air bening.

"Saya juga heran ada suara unik yang muncul di bunga keris Papua miliknya setiap malam pada jam-jam tertentu,"ungkap ibu Kurni .

Ia mengatakan, bunga keris khas Papua yang diperolehnya dari keluarga Jalan Dolog Biak awalnya hanya untuk dikoleksi dijadikan bunga hiasan di dalam rumah. Sejak dirinya memelihara dan merawat bunga keris Papua di rumah, menurut istri Nico Sroyer, setiap malam pada jam-jam tertentu terdengar suara yang unik dari bunga itu.

"Saya tak tahu fenomena apa di balik munculnya suara pada bunga keris Papua ini, dan wartawan sendiri pun bisa langsung mendengarnya," ujar Kurni Selasa (1/4) malam.


Bunga keris Papua yang belakangan semakin diminati banyak warga Kabupaten Biak Numfor, Provinsi Papua selain dijadikan koleksi bunga juga diperjualbelikan oleh warga masyarakat asli Papua.

Kegiatan penjualan bunga Keris Papua dapat dijumpai pada beberapa lokasi di Biak, seperti kawasan Hadi supermarket, di pinggiran jalan menuju pelabuhan, serta sejumlah tempat strategis lainnya.

"Bunga Keris khas Papua tumbuhnya tak sembarangan tempat, hanya tumbuh di hutan tertentu di Papua. Untuk mendapatkan bunga inipun sangat sulit,"katanya.

(sumber: kompas)

Readmore »»

Para Lelaki Wajib Mahir Memanah

Papua, BERBURU adalah bagian dari profesi para kaum laki-laki Amungme di Desa Banti. Meski profesi ini hanya dilakoni sebagian kecil anggota masyarakat, setiap kaum laki-laki diwajibkan oleh tradisi untuk memiliki kemahiran berburu. Karena itu, para orang tua selalu mengajak anak-anak mereka yang masih kecil untuk berburu ke hutan.

Saat berburu, mereka menggunakan panah dan alat perangkap untuk mendapatkan hewan buruan. Tombak jarang sekali digunakan berburu kecuali untuk mencari babi hutan. Kemahiran memanah sudah diajarkan oleh para orang tua kepada anak laki-lakinya sejak usia dini.

Hewan yang mereka cari saat berburu adalah babi hutan (sudah sulit sekali ditemui), kuskus berbintik, kanguru pohon, ayam hutan, burung kasuari, kakaktua, mambruk, dan masih banyak lagi.

Berbekal tombak dan panah, mereka bisa sehari-semalam berada di dalam hutan. Tidak lupa, ***** yang telah dilatih penciumannya juga akan dibawa serta dalam berburu.

Hewan yang lebih mudah ditangkap adalah burung kasuari. Cukup dengan memasang jaring perangkap saat dalam perjalanan berburu, burung kasuari biasanya sudah ada di dalam perangkap saat perjalanan pulang ke rumah. Baik kasuari tua maupun muda, rasa dagingnya sama-sama lezat, apalagi bagian kakinya yang penuh dengan lemak.

Ayam hutan menjadi hewan buruan yang tidak terlalu menarik bagi pemburu. Harap maklum, sebab ayam hutan biasanya bertubuh kurus, bahkan nyaris tidak berdaging meski rasanya lebih nikmat ketimbang ayam broiler.class="fullpost"

Namun, sesuatu yang tidak diduga sebelumnya yakni saat melihat telurnya yang sangat besar.

Namun hewan buruan yang menjadi kegemaran orang Amungme adalah kuskus pohon. Selain karena sulit dicari, rasanya yang enak membuat nilainya lebih mahal ketimbang babi hutan. Kanguru pohon bahkan lebih mahal lagi nilainya.

Sulitnya berburu kuskus karena harus dilakukan pada malam hari dan dilakukan tepat saat terang bulan. Orang Amungme juga harus bermodalkan senter selain alat panah untuk menaklukkan buruan.

Begitu mengetahui adanya gerakan dahan pohon yang tidak disebabkan oleh tiupan angin, mereka akan langsung berlari ke arah asal suara. Lampu senter langsung mereka sorotkan ke arah asal suara dan jika mata kuskus menangkapnya maka binatang ini akan langsung berhenti bergerak. Saat itulah anak panah akan melesat ke arahnya.

Berbeda dengan cara berburu hewan yang berjalan di atas tanah dengan menggunakan alat perangkap, orang Amungme menggunakan anak panah untuk menembak binatang yang hidup di atas pohon.

Laki-laki Amungme sangat bangga jika mampu membuat busur dan anak panah yang baik. Apalagi jika jitu dalam memanah sasaran. Karena itu, bocah-bocah Amungme sudah menggenggam busur dan anak panah sejak usia dini saat bermain dengan teman-temannya.

Jenis permainannya bisa memanah objek yang tidak bergerak untuk mengasah kejituan memanah atau bermain perang-perangan. Kelak jika sudah besar, kemahiran memanah bisa digunakan untuk berburu atau ikut dalam perang dengan suku lain.

Meski perang antarsuku sudah tidak lagi dilakukan oleh suku Amungme yang berada di Desa Banti, mereka tetap melakukan upacara perang antarsuku untuk menghormati leluhur mereka. Sebuah tradisi unik yang tidak dimiliki suku-suku lain. (Msc/S-5)

(sumber: media indonesia)

Readmore »»

Selasa, 09 September 2008

Cornelius Wakili Papua ke Olimpiade Fisika Mongolia

JAYAPURA-Pernyataan President Tim Olimpiade Fisika Indonesia (Tofi), Prof Yohanes Surya, Ph.D bahwa pengetahuan eksakta anak-anak Papua tidak kalah dari daerah lainnya di Indonesia, bukan isapan jempol belaka. Terbukyi dari 16 orang mewakili Indonesia akan diberangkatkan untuk mengikuti perlombaan Olimpiade Fisika di Mongolia, 20-29 April mendatang, ternyata satu diantaranya perwakilan Provinsi Papua yaitu Cornelis Gandhi Wona.


Cornelis adalah merupakan salah satu siswa SMKN 5 Jayapura, putra dari Freddy Wona dan Ibu Jubelina Watopa Wona.Menurut, Yohanes Surya, 16 orang tersebut terdiri dari berbagai daerah yaitu, Papua, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, Pekalongan, Sulawesi Selatan dan Bontang. Ditanya soal apakah dirinya mendapatkan kendala dalam melatih dan membina peserta dalam memberikan pelajaran selama ini, lanjut dia, sebenarnya tidak sulit karena pihaknya dibantu 3 guru yang ditempatkan di asrama (karantina) untuk memberikan pelajaran. Hanya saja butuh waktu untuk bisa beradaptasi karena cara belajar yang didapat sewaktu duduk di SD sangat berbeda dengan yang didapat di SMP dan SMA.

"Kami tidak terlalu banyak menemukan kendala dalam memberikan pelajaran hanya saja perlu adaptasi pemikiran tentang cara belajar fisika dari tingkat SD karena cara belajar yang didapat sangat berbeda,"ungkapnya kepada wartawan di Restoran Bintang Laut, Senin (31/3) malam.

Menurutnya, untuk trik khusus yang dilakukan untuk menangani anak-anak tersebut tidak sulit dan hanya diberikan pengertian tentang fisika yang benar, maka mereka akan menikmatinya (enjoy) karena fisika itu asik untuk dipelajari. Cuma yang menjadi masalah adalah apabila diberikan soal, maka anak-anak tersebut akan sedikit bingung untuk menghubungkan antara satu dengan yang lain.

Dikatakan, yang terpenting untuk belajar fisika dan yang menjadi kunci adalah harus bisa dan mengerti tentang perkalian, pembagian, pengurangan dan pertambahan. "Kuncinya hanya anak-anak sudah mengerti perkalian, pertambahan, pembagian dan pengurangan maka semua itu tidak sulit,"tegasnya.Diungkapkan, khusus untuk menangani Cornelius adalah tidak sulit karena anak yang jenius dan baik sehingga pihaknya tidak mendapatkan kendala. Pelatihan dan pembinaan khusus yang dilakukan hanya selama 6 bulan yang memakan jam belajar dari pukul 7 pagi hingga 3 pagi ini ternyata diterima dengan baik. "Malah mereka masih meminta untuk diajari lagi,"katanya sembari tertawa. Untuk itu, dalam kompetisi ini hanya ditargetkan perunggu, tapi diharapkan tahun depan bisa mengikuti lagi dan akan ditargetkan mendapatkan perak atau emas.


"Saya berharap kepada Pemda Provinsi Papua untuk bisa melihat bibit yang bisa membawa nama baik Papua dalam bidang pendidikan, apalagi melihat Papua mendapatkan subsidi dari pemerintah pusat melalui Otsus, sudah sepantasnya lebih baik lagi"ujarnya.

Sementara itu, Jubelina Watopa Wona orang tua Cornelius, menuturkan, sebagai orang tua pada dasarnya ada kebanggaan tersendiri melihat anaknya bisa mengikuti olimpiade sampai ke luar negeri, karena dia mempunyai kemauan untuk belajar sehingga dilihat bahwa kemauan tersebut timbul dari dirinya sendiri. Artinya bahwa dia mempunyai kemauan keras untuk bisa berhasil.

"Saya berharap agar ada perhatian khusus dari pemerintah daerah supaya bisa mendorong program-program tersebut dan kita melihat bahwa ternyata sudah ada bukti bahwa anak-anak Papua yang dihasilkan melalui program ini mampu bersaing dengan daerah-daerah lainnya,"ungkapnya yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Komisi B Bidang Ekonomi DPRP.

Diungkapkan, sesuai dengan UU 21/2001 tentang Otsus bahwa pendidikan dan kesehatan adalah menjadi prioritas, oleh karena itu seharusnya bisa memikirkan ke depannya tentang SDM pendidikan di Papua sehingga anak-anak Papua bisa bersaing dengan derah lainnya khususnya fisika ini.

"Saya berharap kepada semua aspek untuk bisa membangun SDM pendidikan dalam mempersiapkan olimpiade berikutnya dan saya berharap kepada semua unsure untuk mari mendoakan agar dalam mengikuti olimpiade bisa mendapatkan yang terabaik dan keinginan masyatakat di Papua,"imbuhnya.

Menurut Ketua Komisi E Bidang Pendidikan, Kesehatan, Sosial, dan Olah raga, Zakarias Yoppo, S.Pak, memang masa Otsus pendidikan dan kesehatan menjadi prioritas itu sebabnya pemerintah memberikan perhatian besar bagi pendidikan dan menginginkan pendidikan yang terarah kemudian menciptakan suatu hasil kemajuan dalam arti bahwa pemerintah tidak sembarang memprogramkan pendidikan sehingga tidak terbuang sia-sia.

Dikatakan, pemerintah sudah seharusnya mempunyai program untuk bidang pendidikan artinya kepemimpinan gubernur sekarang harus bisa memberikan perhatian khusus sehingga ke depan apabila gubernur berganti maka program ini bisa dilanjutkan melalui suatu perencaan atau program yang sudah ada, apalagi program pendidikan ini sudah mencapai tingkat internasional yang telah membawa nama baik Indonesia khususnya Papua.

"Secara khusus saya mengucapkan terima kasih kepada Prof Yohanes Surya yang telah memberikan perhatian lebih khusus untuk pendidikan anak-anak Papua, hal ini sesuatu yang perlu dihargai dan disambut baik khusus Pemprov Papua dan pemerintah tingkat kabupaten/kota,"tandasnya. Diungkapkan, langkah yang dilakukan Prof Yohanes adalah suatu langkah yang luar biasa dan patut dicontoh oleh pemerintah bisa melanjutkan dan memberikan perhatian khusus, oleh karena itu guna mewujudkan pendidikan agar lebih baik maka perlu ada perhatian khusus juga kepada guru-guru khususnya bidang fisika agar anak-anak di Papua bisa menjadi yang terbaik.

Untuk diketahui Prof Johanes Surya juga adalah ahli fisika Universitas Multimedia Nusantara Jakarta.(roman -sumber:cepos)

Readmore »»